“Together we can !” sebuah slogan yang sering kita dengar untuk menggambarkan bahwa dalam suatu kebersamaan kita bisa melakukan banyak hal, didalam kebersamaan ada suatu kekuatan yang ampuh. Manusia pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri, sebagai makhluk sosial (homo socius) ia membutuhkan orang lain di dalam hidupnya. Dalam kehidupan bersama terdapat interaksi didalamnya, interaksi itu bisa positif bisa juga negatif. Interaksi yang positif akan membawa manusia pada suatu kehidupan yang harmonis, damai dan membahagiakan, sebaliknya interaksi negatif dapat menimbulkan perpecahan, permusuhan, dan bahkan kehancuran.
Solidaritas adalah salah satu interaksi positif, dalam solidaritas orang saling memperhatikan, membantu, bersimpati dan berempati, dalam solidaritas ada kesetiakawanan dan perasaan senasib. Solidaritas memunculkan suatu kehidupan yang harmonis dengan lingkungan di sekitarnya. Bersolidaritas adalah hidup peduli dengan orang lain, membantu orang lain, ikut merasakan apa yang dialami orang lain, pendeknya bersolidaritas adalah hidup yang memiliki kepedulian terhadap orang lain.
Prinsip kehidupan bersama yang peduli satu sama lain ini bisa kita lihat dalam Komunitas Terapi atau Therapeutic Community (TC), yaitu sebuah komunitas yang dibentuk untuk memberikan terapi pemulihan bagi para pecandu narkoba. Menurut Richard Hayton (1998) TC didefinisikan sebagai metode dan lingkungan yang terstruktur untuk mengubah perilaku manusia dalam konteks kehidupan komunitas yang bertanggungjawab. Prinsip yang digunakan dalam TC adalah “Self-help, Mutual-help”. Anggota komunitas (resident) bertanggungjawab untuk saling menolong satu sama lain, menolong orang lain sekaligus juga menolong dirinya sendiri. Komunitas yang saling membantu ini diyakini dapat mengembalikan seorang pecandu pada kehidupan yang benar (right living).
Mengapa komunitas terapi ini sangat berperan dalam proses penyembuhan residen ? Kita bisa melihat lebih jauh konsep yang ada dalam komunitas terapi ini yaitu :
1. Peran Anggota
Di dalam TC masing-masing anggota mempunyai peran yang bervariasi. Mereka berkontribusi dalam kegiatan sehari-hari. Partisipasi dalam kegiatan sehari-hari ini membuat mereka merasa menjadi bagian dari anggota komunitas.
2. Umpan Balik (feed back)
Anggota komunitas baik itu Staff maupun Residen selalu memberikan penilaian terhadap yang lain. Penilaian bisa berbentuk dukungan maupun koreksi. Dengan saling menilai ini maka setiap anggota bisa memperbaiki perilakunya sehari-hari. Semua ini dilakukan untuk tujuan pemulihan dan pengembangan diri.
3. Contoh Panutan (Role model)
Residen yang telah mendalami prinsip dalam pemulihan serta mempelajari cara hidup yang benar selanjutnya harus menjadi contoh panutan bagi teman yang lain. Apa yang sudah dipelajari dalam TC harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi contoh bagi residen lainnya.
4. Persahabatan dan Hubungan Kekeluargaan
Dalam TC seorang residen mengembangkan persahabatan yang sehat serta membina hubungan yang bersifat kekeluargaan. Apa yang mereka rasakan dan pikirkan dibagikan kepada yang lain, hal ini dapat menjadi dasar dalam membentuk jaringan sosial yang baru yang lebih positif baginya.
5. Pembelajaran Kolektif
Di dalam komunitas setiap hari diadakan kegiatan-kegiatan yang bersifat pembelajaran, yaitu melalui diskusi, pembelajaran di kelas, kerja kelompok (team work), aktifitas rekreasi, dll. Pembelajaran bersama ini sangat penting bagi proses pemulihan dan pertumbuhan pribadi mereka.
6. Penyerapan Budaya dan Bahasa TC
Dalam TC diajarkan suatu budaya baru, yaitu budaya dan istilah/bahasa TC. Penyerapan budaya TC ini diharapkan dapat membantu mereka untuk berubah dari budaya lama yang bersifat negatif ke arah budaya baru yang lebih positif.
7. Struktur Kerja Hirarkhi dan Sistem Komunikasi
Struktur kerja yang bersifat hirarki dan sistem komunikasi melatih anggota untuk bertanggungjawab dan bekerja sesuai dengan aturan dan prosedur organisasi. Residen menjadi seseorang yang dapat diandalkan dan dipercaya oleh orang lain. Sistem sanksi dan penghargaan mengajari mereka untuk melihat konsekuensi positif dan negatif dari suatu aksi/perbuatan. .
8. Komunikasi yang terbuka
Dalam TC seseorang dapat belajar bagaimana berkomunikasi dan menyatakan pikiran kepada yang lain. Hal ini sangat membantu dalam membentuk rasa percaya diri dan kepercayaan satu sama lain. Dalam komunikasi yang terbuka juga memungkinkan seseorang untuk berbagi perasaan dengan yang lain. Dengan berbagi perasaan mereka merasa aman dan tidak sendirian, hal ini juga sangat membantu dalam proses pemulihan.
Solidaritas yang diterapkan dalam komunitas terapi (TC) ini ternyata mampu membawa perubahan positif bagi individu baik secara fisik, psikologis, maupun sosial. Seorang individu akan dapat lebih mengerti dirinya sendiri, bertanggungjawab terhadap hidupnya, serta memiliki perilaku, sikap, serta nilai-nilai cara hidup yang sehat. Kita bisa belajar banyak dari solidaritas di dalam TC. Jika dikatakan bahwa TC adalah miniatur kehidupan di masyarakat, maka solidaritas yang ada didalamnya tentu akan membawa suatu dampak perubahan besar, menciptakan masyarakat yang hidup dalam keharmonisan dan kedamaian. Semoga solidaritas dalam Komunitas Terapi (TC) ini dapat menjadi inspirasi bagi kehidupan di masyarakat yang lebih luas.
Yayasan Sekar Mawar – Keuskupan Bandung
Rehabilitasi NAPZA – Therapeutic Community
Referensi :
Center for Substance Abuse Treatment. Therapeutic Community Curriculum: Trainer’s Manual. DHHS Publication No. (SMA) 06-4121. Rockville, MD: Substance Abuse and Mental Health Services Administration, 2006.